Family Rituals and the Potential for Interaction Design: A Study of Christmas

Penulis : DANIELA PETRELLI, dan ANN LIGHT

URL : http://dx.doi.org/10.1145/2617571

Abstract :

Drawing on a field study with eight families in northern England, we explore the traditions and rituals carried out at Christmas, looking at the artifacts and processes that constitute family life at this time of year. In addition to individual differences, a common pattern emerges: an extended preparation is carried out by the hosting household over a few weeks to set up the celebration and build expectations; preparation gives way to a short but intense celebration shared with the family or intimate friends; then decorations are stored and there is a return to normal life. The celebration is across generations, and everyone takes part. We note examples of new and evolving rituals. Starting from the three identified phases, we discuss the theoretical and technical implications of our findings for the design of more sympathetic technology that holds potential for augmenting family rituals sensitively and possibly creating new ones.

Pengkaji : Alfandio Grasheldi – G64120058

 Kajian :

Artikel ini membahas bagaimana pola masyarakat atau keluarga di Inggris Utara dalam merayakan hari Natal dengan tradisi dan ritual yang mereka miliki. Tradisi natal yang dirayakan oleh keluarga di Inggris bisa dibilang berbeda, dikarenakan perayaan ini dijadikan sebagai perayaan tahunan pada pertengahan musim dingin oleh pemeluk agama Kristen dan Non Kristen. Pada hari tersebut dijadikan sebagai hari dimana berkumpul dengan keluarga dan teman – teman lama untuk lebih mempererat hubungan. Penulis ingin melihat bagaimana kiat-kiat untuk membuat perayaan tersebut menjadi lebih berharga dengan menggabungkan tradisi Natal dengan ritual-ritual yang dimiliki oleh masing-masing keluarga.

Natal sendiri menurut Miller 1993 merupakan suatu perayaan pagan untuk memperingati kelahiran Jesus. Natal di Inggris merupakan satu-satunya hal yang dapat membuat warga Inggris melakukan hal yang sama di waktu yang sama. Berkumpul dengan keluarga dan kerabat di dalam ruangan untuk merayakan Natal bersama-sama. Natal sendiri memiliki ritual atau upacara sendiri, seperti menyanyikan carol dan misa tengah malam. Bagaimana dengan tradisi Natal sendiri?. Tradisi Natal di Inggris seperti pada umumnya, yaitu Stocking  atau kaus kaki yang digunakan untuk menyelipkan hadiah, makanan mince pie dan kue kecil yang diisi campuran buah kering dan rempah-rempahan, serta hadiah yang dibungkus yang diletakkan dibawah pohon Natal.

Perayaan Natal di Inggris bukan lagi perayaan agama, namun sudah menjadi suatu kesempatan untuk saling berbagi dengan keluarga dan teman. Inggris menerapkan paham sekuler sehingga menjadikan peraayaan in dirayakan oleh seluruh warga Inggris. Dalam artikel ini, penulis membahas terdapat tiga interprestasi utama bagaimana perayaan Natal yang merupakan acara keagamaan bisa menjadi perayaan tahunan bagi masyarakat Inggris. Pertama, interprestasi psikologis bagaimana cara mempengaruhi seseorang berdasarkan pengalaman agama, disini diajarkan apa yang diperbolehkan dan apa yang tidak diperbolehkan terhadap perilaku seseorang. Kemudian, interprestasi sosiologis dimana suatu kepercayaan, upacara keagamaan,dan upacara yang terkait merupakan suatu fenomena sosial yang mengekspresikan dan memperkuat identitas kebersamaan. Dan terakhir yaitu interprestasi budaya sebagai sarana untuk berkomunikasi dibandingkan memperkuat sosial.

Pada kasus ini, penulis mencoba melakukan studi lapang dengan mengambil heterogen sampel bagaimana keluarga di Inggirs berkumpul dan merayakan Natal secara bersama-sama. Studi lapang sendri dilakukan dari akhir bulan November sampai bulan Januari. Penulis meminta keluarga tersebut untuk menyampaikan opini dan kegiatan merekesa selama natal, dan merekam tradisi mereka sendiri selama Natal pada serangkaian buku halaman dan ponsel.Penulis ingin mengetahui bagaimana para keluarga tersebut merayakan natal dengan tradisi dan ritual mereka sendiri.

Dari hasil studi lapang, penulis mendapatkan hasil bahwa Natal menurut keluarga di Inggris lebih fokus terhadap bagian konsumerisme (makanan) sebesar 27 %, sosialisasi 21 %, dekorasi 18 %, dan ritual pembagian hadiah hanya menyumbang sebesar 12 %. Sebanyak 45 % kegiatan mereka dilakukan di dalam rumah mereka masing-masing. Terdapat 3 tahapan kegiatan Natal yang dilakukan oleh keluarga di Inggris. Dimulai dari tahap persiapan dimana setiap keluarga melakukan perencanaan, pemesanan, belanja, dan membungkus hadiah. Kegiatan sendiri tidak dilakukan secara mendadak pada hari mendekati Natal, namun mereka mempersiapkan jauh sebelum hari Natal datang. Ritual yang dilakukan mendekati Natal pun sama, yaitu mempersiapkan pohon Natal dengan segala pernak – perniknya.

Tahapan kedua yaitu tahap perayaan hari Natal sendiri. Masyarakat Inggris sendiri merayakan Natal juga dimulai dari beberapa minggu sebelum Natal danta. Mereka megirimkan kartu ucapan baik ke keluarga maupun teman-teman. Mereka lebih memilih untuk menyapa teman-teman mereka dengan kartu ucapan dibandingkan dengan melakukan panggilan telepon. Beberapa hari sebelum Natal, dialukan perayaan-perayaan di daerah dengan menyanyikan carol. Dan perayaan Natal pada tanggal 25 sendiri, merupakan perayaan yang dilakukan adalah waktu untuk keluarga.Natal sendiri berakhir dengan ritual meninggalkan stoking atau kaus kaki untuk diisi dengan hadiah.

Tahapan terakhir yaitu tahap penyimpanan, yaitu tahap dimana semua persiapan disimpan kembali ke bentuk semula, dekorasi yang sudah terpasang disimpan kembali untuk perayaan Natal tahun depan,dan pohon – pohon Natal kembali di pasang di halaman rumah. Penulis mendapatkan suatu fenomenan dimana pada saat Natal, masyarakat di Inggris jauh dari kata terpaku dengan teknologi. Mereka meninggalkan ponsel dan komputer mereka, hanya bergantung pada perayaan dengan menonton televisi bersama keluarga. Mereka lebih memilih menghabiskan waktu dengan keluarga dibandingkan dengan media sosial, game online, dan lainnya. Berbeda dengan sebagian orang, yang masih sibuk dengan ponsel mereka ketika merayakan hari besar lainnya, masyarakat Inggris lebih menggunakan kartu ucapan sebagai media penyampaian pesan mereka. Mereka menyimpan momen-momen mereka dalam bentuk rekaman yang akan diputar pada Natal selanjutnya.

Terakhir, penulis mengungkapkan 4 komponen ritual yang ada selama perayaan Natal di Inggris, yaitu artefak, naskah, peran, dan penonton. Artefak mengacu ke objek konsumsi yang mempunyai banyak jenis, tidak hanya perlengkapan natal, makanan, dan dekorasi, namun bagaimana kartu, musik, permainan, dan objek lainnya digunana sebagai media dalam berinteraksi. Naskah sendiri merupakan suatu kegiatan yang sudah di rencakan pada umumnya, namun terkadang terdapat beberapa kegiatan-kegiatan spontan yang terjadi saat Natal, seperti membuat kompetisi kartu dan membeli terrine. Kemudian, peran yang dilakukan orang setiap orang untuk melakukan tugasnya masing-masing, seperti menyiapkan makanan, membeli hadiah, dekorasi, dan mempersiapkan permainan. Dan yang terakhir adalah penonton, yaitu orang-orang yang terlibat didalam perayaan, baik itu keluarga, maupun teman kerabat. Semakin sedikit penonton, maka semakin partisipatif penonton tersebut dalam perayaan Natal.

 

Blog yang dikomentari :

1. Rahmat Hidayat Nasution – All You Need is Love: Current Strategies of Mediating Intimate Relationships through Technology

2. Rijen Juni – Informing the Design of Novel Input Methods with Muscle Coactivation Clustering

3. Nurdevi Noviana – Motivation as a Lens to Understand Online Learners: Toward Data-Driven Design with the OLEI Scale

3 pemikiran pada “Family Rituals and the Potential for Interaction Design: A Study of Christmas

  1. Menarik sekali ulasan Alfandio ini. Saya membayangkan suasana dan euforia disana, orang kristen maupun non-kristen tetap merayakan perayaan natal tersebut karena sudah merupakan tradisi. Mungkin karena di Inggris juga di dominasi dengan agama tersebut. Jika dibandingkan dengan suasana di Indonesia juga sepertinya hampir mirip dengan Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran. Bedanya hanya tidak semua masyarakat Indonesia merayakannya, hanya berbatas pada yang beragama islam. Namun euforianya terasa sekali disetiap penjuru rumah, seperti memasak masakan yang sama yaitu opor, rendang dsb, mudik/pulang kampung ke sanak saudara dansaling berkeliling komplek untuk sama sama bermaaf-maafan.

    Suka

  2. Perayaan natal diinggris mirip dengan perayaan idul fitri di Indonesia terutama di daerah saya, semua masyarakat yang ada disekitar turut bersuka cita dan ikut dalam rangkaian kunjung-berkunjung ke sanak keluarga dan hal ini memberikan dampak positif kepada lingkungan sosial dan meningkatkan kerja sama antar warga.

    Suka

  3. Kajian yang sangat menarik.
    perayaan natal dan sejenisnya sangat berarti dalam hidup kita.
    penelitian ini sangat berguna untuk memaksimalkan kuaitas perayaan hari besar keagamaan. (Y)

    Suka

Tinggalkan komentar